Connect with us

Pohukam

Kasau Pimpin Upacara Wisuda Purnawira Pati TNI AU

Published

on

JurnalJakarta — Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E., M.P.P., memimpin Upacara Wisuda Purnawira Perwira Tinggi (Pati) TNI AU Tahun 2021 secara video konfrensi, di Auditorium I.G. Dewanto Denma Mabesau, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (29/7/2021).

Didampingi oleh Ketua Umum PIA Ardhya Garini, Ny. Inong Fadjar Prasetyo, Kasau menyerahkan Piagam Penghargaan, Lencana Swa Bhuwana Paksa dan Pisau Bhuana Sakti, kepada para Wisudawan, serta Buket kepada istri para wisudawan yang diwakili oleh 4 wisudawan dan istri.

Wisuda Purnawira Pati TNI AU tahun 2021 ini berjumlah 32 wisudawan, adapun perwakilan penerima penghargaan adalah, Marsdya TNI Dedy Permadi, S.E., M.M.D.S., Marsda TNI Bebas Irianto, S.H., Marsda TNI Irwan Is. Dunggio, S.Sos., dan Marsma TNI Amirullah HZ. Sementara wisudawan lainnya mengikuti secara vicon dari kediamannya masing-masing.

Pada kesempatan tersebut, Kasau menyampaikan, keberhasilan TNI AU yang dirasakan saat ini, juga berkat upaya dan jerih payah para wisudawan dalam memajukan TNI AU selama ini.

Kasau juga mengungkapkan kedekatannya dengan para wisudawan, sekaligus menjadi suri tauladan bagi generasi penerus TNI AU dalam melanjutkan pengabdiannya.

Meskipun telah purna tugas, para wisudawan diharapkan tetap menjalin hubungan erat dan silaturahmi dengan TNI AU, sekaligus tetap memberikan bimbingan dan nasehat terhadap generasi penerus Angkatan Udara.

Selaku pelindung Perhimpunan Purnawirawan Angkatan Udara (PPAU) Kasau menghimbau seluruh wisudawan untuk bergabung.

Pada bagian akhir sambutannya, Kasau menyampaikan ucapan terima kasih yang paling dalam dan memberikan penghormatan yang paling tinggi kepada para wisudawan, yang sepanjang karirnya telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran, demi kejayaan TNI Angkatan Udara, TNI, bangsa dan negara.

Ucapan yang sama juga disampaikan Kasau kepada ibu-ibu pendamping, yang telah dengan sabar dan penuh tulus ikhlas, setia mengiringi langkah para wisudawan, sepanjang perjalanan kariernya sebagai insan Swa Bhuwana Paksa.

Adapun 32 Pati Purnawira tersebut adalah Marsdya TNI Dedy Permadi, S.E., M.M.D.S., Marsda TNI Bebas Irianto, S.H., Marsda TNI Irwan Is. Dunggio, S.Sos., Marsma TNI R. Ismet Ismaya Saleh, Marsda TNI DR. Sujono, S.H., M.H., CFrA., Marsma TNI Amirullah HZ., Marsma TNI Rakhman Haryadi S.A., M.B.A., M.Sc., NSS., Marsma TNI Didi Dipo Issasongko, S.E., Marsma TNI Sudadi, S.Sos., M.A.P., Marsma TNI Uganda Irwanto, Marsma TNI Hariyanto Afif, Marsma TNI I.B.K Swagata Padangratha, S.T., Marsma TNI R. Achmad Prihadi, Marsma TNI Dani Harsono, Marsma TNI Suwondo, Marsma TNI Istiyanto, S.Sos., M.M., Marsma TNI Raja Humuntal Manalu, S.Sos., M.I.P., Marsma TNI Akhmad Toha, Marsma TNI Agus Rudi Supriyadi, Marsma TNI Supriyanto, S.E., M.Si.(Han), Marsma TNI Bambang Wijanarko, S.T. M.Si.(Han), Marsma TNI Muh. Heru Wahyono, S.Sos., M.M., Marsma TNI Thomas Sesber, S.I.P., M.Si., Marsma TNI Agustinus Prapto N., S.I.P., M.M., Marsma TNI Drs. Eddy Firmansjah, M.M., M.Si., Marsma TNI dr. Agoes Tino S., Sp.B., Marsma TNI Drs. Embu Agapitus, M.Si.(Han), Marsma TNI Drs. Mardoto, M.T., Marsma TNI dr. Julwan P., Sp.PD-KGEH., Sp.KP., Marsma TNI dr. Moch. Soewandi, Sp.M., Marsma TNI dr. Bobby Drastyawan S., Sp.P., Marsma TNI dr. Djunadi M.S., Sp.KP.

Hadir pada kegiatan ini, Wakasau, Irjenau, Koorsahli Kasau, Asrena Kasau, Asintel Kasau, Asops Kasau, Aspers Kasau, Aslog Kasau, Aspotdirga Kasau, Kapuslaiklambangjaau, Waaspers Kasau, Danpuspomau, Kadisminpersau, Kadiswatpersau, Kadisbintalidau, dan Kadispenau.

Pohukam

70% Pemberitaan Tempo Negatif terhadap Kementan, Pengamat: Fakta Cukup untuk Pidana, Tapi Gugatan Perdata Paling Tepat

Published

on

By

JurnalJakarta.com  — Gugatan perdata Kementerian Pertanian (Kementan) terhadap Tempo atas unggahan visual “Poles-poles Beras Busuk” (16 Mei 2025) dinilai sebagai langkah yang proporsional dalam sengketa pers.

Pengamat Debi Syahputra menegaskan, pilihan perdata menunjukkan penghormatan Kementan terhadap kemerdekaan pers, meski secara hukum materi yang dimiliki cukup untuk dijadikan laporan pidana.

“Fakta yang dimiliki Kementan sebenarnya cukup untuk laporan pidana, tapi pilihan perdata menunjukkan penghormatan pada kemerdekaan pers. Ini jalur yang tepat untuk menguji proporsionalitas pemberitaan tanpa mengkriminalisasi media,” kata Debi di Jakarta, Selasa(16/9).

Debi menilai persoalan ini tak lepas dari pola pemberitaan Tempo yang menurutnya cenderung tidak proporsional dan sering cenderung menghakimi. Berdasarkan informasi yg diperoleh sebelumnya lebih dari 70% pemberitaan Tempo seringkali menyudutkan Mentan Amran dan kebijakan sektor pertanian dari sisi negatif.

Berdasarkan riwayat pemberitaan menurut Debi, kasus ini bukan yang pertama kali terjadi. Tempo pada 2019 juga dinyatakan melanggar etik Dewan Pers melalui PPR No. 45/PPR-DP/X/2019 terkait artikel ‘Gula-gula Dua Saudara’. Pada saat itu, Kementan juga membawa kasus ini ke jalur hukum dengan tuntutan 100 milliar tapi kemudian dibatalkan.

“Tempo ibaratnya residivis dalam pelanggaran etik jurnalistik. Putusan Dewan Pers sudah jelas, tapi pola serupa diulang lagi. Sudah dimaafkan tapi diulang kembali. Wajar kalau akhirnya digugat iktikad dari Tempo. Apakah memang bagian jurnalistik atau ada maksud lain?” tambah Debi.

Menurut Debi, langkah mengajukan gugatan hukum perdata yang diambil oleh Kementan sudah tepat. Apalagi sebelumnya Kementan sudah mengambil jalur pengaduan melalui Dewan Pers sebagai representasi dari swa regulasi.

“Publik perlu menelaah lebih lanjut, apakah Tempo sudah secara sungguh-sungguh melaksanakan Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi (PPR) Dewan Pers? Kalau Kementan sampai mengajukan tututan hukum, kemungkinan besar mereka menilai Tempo tidak menjalankan rekomendasi Dewan Pers,” ungkap Debi.

Debi secara pribadi menilai, opini yang dibangun Tempo pun tidak selaras dengan data faktual. Debi mengingatkan, kritik terhadap pemerintah memang diperlukan, tetapi harus proporsional dan berbasis fakta.

“Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang juga didukung oleh data FAO, Indonesia tahun ini surplus beras. Terlebih dibuktikan bahwa Indonesia tahun ini tidak impor beras medium. Cadangan beras pemerintah yang dikelola oleh Bulog juga melimpah dan faktanya bisa dilihat berkualitas baik. Namun framing yang diangkat seolah sektor pertanian gagal total,” ujarnya.

Debi berpendapat, gugatan perdata yang diajukan Kementan sangat wajar. Karena yang dipertaruhkan oleh Kementan bukan semata soal reputasi institusi atau personal Menteri Pertanian. Menurutnya, gugatan Kementan dilakukan untuk melindungi kepentingan petani.

“Saya mengamati betul usaha Mentan Amran dalam melawan mafia pangan, dan saya rasa publik juga melihat langsung keberpihakan Mentan Amran terhadap petani. Narasi yang keliru justru meruntuhkan optimisme publik dan merugikan petani yang bekerja keras. Itu yang perlu diluruskan,” tegasnya.

Debi pun berharap kasus gugatan perdata terhadap Tempo ini menjadi pendidikan yang positif bagi korporasi media.

“Publik layak mendapat pemberitaan yang akurat, bukan framing yang melemahkan semangat petani maupun kepercayaan masyarakat,” pungkas Debi.(*)

Continue Reading

Pohukam

Sambangi Kantor Satpol PP Demak, Ketua PGSI Apresiasi Gerakan Massif Operasi Pekat dan Gempur Rokok Ilegal

Published

on

By

DEMAK, JURNALJAKARTA.COM  –  “Kami para guru yang tergabung dalam PGSI Kabupaten Demak, mengapresiasi atas gerakan massif teman-teman Satpol PP Demak, yang dengan keterbatasan personil, tak kenal lelah selalu gencar melakukan operasi Pekat (Penyakit Masyarakat) atas peredaran es moni, miras, hingga rokok ilegal”.

Hal itu disampaikan oleh ketua PGSI (Persatuan Guru Seluruh Indonesia) Kabupaten Demak, Noor Salim, kepada sejumlah awak media, usai menyambangi kantor satpol PP Demak, sebagai bagian dari rangkaian Harlah PGSI Ke- XIV, Senin sore (30/6/2025).

Operasi Pekat dan gempur rokok ilegal ini penting untuk cipta kondisi, terlebih saat anak- anak sekolah sedang libur panjang, diluar pengawasan para guru.

“Disaat para siswa libur panjang diluar jangkauan pengawasan para guru, maka cipta kondisi yang aman sangat dibutuhkan oleh orangtua siswa dan masyarakat umum, salah satunya dengan operasi pekat dan gempur rokok ilegal, yang dilakukan oleh Satpol PP Demak,” tutur Noor Salim, pria penerima penghargaan tingkat ASEAN tersebut.

Namun dia juga mendesak agar gempur rokok ilegal semestinya tidak hanya berhenti sampai penyitaan dan sanksi administratif saja, tetapi harus tuntas hingga ke pelaku produksi untuk dihadapkan dengan hukum pidana.

“Maka penyitaan rokok ilegal yang sudah gencar dilakukan oleh Satpol PP, harus ditindaklanjuti oleh Bea Cukai, berdasar kewenangannya pada Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2007, tentang Cukai, supaya produsen dihadapkan dengan hukum pidana, untuk itu bea cukai jangan berhenti pada pemulihan kerugian pendapatan negara saja,” pungkas Salim.

Senada disampaikan oleh Komandan Satpol PP, Agus Sukiyono, dia menyampaikan bahwa, pemerintah daerah melalui Satpol PP, setiap waktu secara massif melakukan operasi pekat dan Gempur Rokok Ilegal.

“Atas instruksi Ibu Bupati Demak, Pemkab Demak melalui Satpol PP, secara massif melakukan operasi pekat dan gempur rokok ilegal, hal ini dilakukan untuk cipta kondisi, juga mengingat dampak negatif peredaran rokok ilegal yang bukan hanya dapat merugikan keuangan negara karena kehilangan potensi penerimaan cukai, namun jerat hukum juga dapat dan mengena pada pelaku pengedar rokok ilegal,” kata Agus.

Disisi lain, Komandan Satpol PP tersebut, juga menyampaikan bahwa, Tim Satpol PP juga terus gencar melakukan operasi pekat penegakan hukum Perda, dengan menyita sejumlah barang bukti.

“Operasi pekat dan gempur rokok ilegal di tahun 2025, hingga akhir Juni ini, terkumpul ribuan barang bukti, berupa 2.000 botol Miras, akan dimusnahkan bulan Agustus, dan 40.000 batang Rokok ilegal, Insya Allah dimusnahkan akhir tahun bersama bea cukai,” pungkas Agus Sukiyono. (Red).

Continue Reading

Pohukam

SETARA Institute: Dukung Pembangunan, Polri Tetap Harus Jaga Integritas Penegakan Hukum.

Published

on

By

JURNALJAKARTA.COM – Menyambut Hari Bhayangkara ke-78 pada 1 Juli 2025, SETARA Institute mengingatkan agar Polri tetap fokus pada tiga tugas utamanya: memelihara keamanan dan ketertiban, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam siaran persnya, Minggu (29/6), SETARA menilai bahwa, ketiga tugas ini adalah barometer utama yang digunakan masyarakat dalam menilai kinerja institusi Polri.

Ketua Badan Pengurus SETARA Institute, Ismail Hasani, menyoroti dinamika fluktuasi kepercayaan publik terhadap Polri yang tercermin dalam sejumlah survei nasional. “Kepercayaan publik terhadap Polri sempat menyentuh angka 80 persen, namun menurun drastis ke angka 48,1 persen menurut Civil Society for Police Watch pada Februari 2025. Sementara Litbang Kompas mencatat angka 65,7 persen pada Januari 2025,” ujarnya.

SETARA juga menyinggung hasil riset internal mereka pada tahun 2024 yang mencatat masih adanya 130 permasalahan mendasar di tubuh Polri. Masalah-masalah tersebut menuntut langkah pembenahan sistemik dan berkelanjutan, demi memastikan Polri benar-benar bertransformasi menjadi institusi penegak hukum yang presisi dan terpercaya.

Dalam konteks kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, SETARA mencatat Polri cukup aktif dalam mendukung agenda besar Asta Cita, seperti penguatan ketahanan pangan dan optimalisasi penerimaan negara melalui pembentukan Satgas Khusus. Namun, SETARA mengingatkan bahwa, dukungan tersebut sebaiknya tetap berada dalam koridor tugas utama Polri.

“Polri lebih tepat bila berfokus pada penegakan hukum dalam distribusi pupuk dan pembongkaran kartel pangan, ketimbang langsung terlibat dalam aktivitas pertanian seperti menanam jagung dan padi,” tegas Ismail.

SETARA juga mengapresiasi langkah Polri dalam mengarusutamakan tata kelola yang inklusif, termasuk pembentukan Direktorat Tindak Pidana Perempuan dan Anak (PPA) serta Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Dalam Indeks Inklusi Sosial Indonesia (IISI) 2025, Polri termasuk lembaga yang dinilai responsif terhadap isu perempuan, anak, dan penyandang disabilitas.

Sebagai langkah lanjutan reformasi kelembagaan, SETARA mendesak Komisi III DPR RI untuk segera merevisi Undang-Undang Polri dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Revisi ini dianggap penting sebagai instrumen transformasi sistemik dalam memperkuat sistem peradilan pidana nasional dan menjadikan Polri institusi yang benar-benar profesional dan modern.

“Transformasi Polri harus diarahkan untuk memperkuat integritas, akuntabilitas, dan keadilan dalam penegakan hukum. Dukungan terhadap pembangunan nasional memang penting, tapi tidak boleh mengaburkan tugas utama institusional Polri,” pungkasnya. (Red).

Continue Reading

Populer