Pohukam
Minta KPK Buka Hasil Periksa Kesehatan Lukas Enembe, Pemuda Gereja Kerom: Supaya Kami Bisa Mendoakan Beliau

KEEROM, Jurnaljakarta.com – Banyak masyarakat Papua yang bersimpati terhadap kondisi kesehatan Gubernur Papua, Lukas Enembe. Orang nomor satu Papua itu dikabarkan belum sepenuhnya pulih dari sakit yang sudah sekian lama dideritanya. Kondisi itu menyebabkan Lukas belum bisa melaksanakan tugas-tugas kepemerintahan di Pemprov Papua.
Karena kondisi itu pulalah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak dapat melakukan upaya paksa terhadap Lukas yang sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap dan gratifikasi terkait proyek yang bersumber dari APBD Provinsi Papua.
Untuk memastikan kondisi kesehatan Lukas Enembe, lembaga antirasuah telah mengirim tim dokter independen dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke Papua pada 3 November 2022. Tim dokter IDI telah memeriksa Lukas di rumah kediamannya di Koya Tengah, Jayapura. Namun hingga kini, hasil pemeriksaan kesehatan Lukas tersebut belum diumumkan ke publik.
‘’Kami masyarakat mau, (kondisi kesehatan) Bapa Lukas yang sudah ada hasil pemeriksaannya bisa dibuka juga ke publik, supaya kami Hamba-Hamba Tuhan bisa mendoakan dia, supaya pulih. Karena kita berdoa sesuai dengan sakit yang ada. Kami Hamba Tuhan kan harus begitu, mendoakan,” kata Yunus Tabuni, S.Th, Ketua Biro Pemuda Gereja Injil Kingmi Klasis Keerom.
Pemuda lulusan Sekolah Tinggi Teologi Walter Post Jayapura ini juga meminta KPK demi pertimbangan kemanusiaan dapat mengijinkan Gubernur Papua dapat kembali berobat ke Singapura, sebagaimana permintaan tim kuasa hukum Lukas beberapa waktu lalu. Namun Yunus berharap, biaya pengobatan ke Singapura tersebut tidak dibebankan ke APBD Provinsi Papua, tetapi sepenuhnya ditanggung oleh keluarga Lukas Enembe sendiri.
“Kalau menyangkut itu (biaya pengobatan Lukas ke Singapura), dari saya tokoh pemuda, kalau Bapa Lukas punya uang banyak, pakai punya dia saja. Jangan gunakan uang dari APBD. Kalau dia tidak punya uang, baru bisa pakai (APBD Provinsi Papua) karena dia orang Papua juga, dia adalah pemimpin kita,’’ pinta Yunus.
Yunus juga mengomentari soal dukungan dana Otonomi Khusus (Otsus) Papua untuk peningkatan Kesehatan masyarakat Papua. Menurutnya, selama ini, masih banyak masyarakat kecil di kampung-kampung yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan secara memadai, kendati untuk kepentingan itu sudah ada alokasinya dari dana Otsus.
“Untuk Otsus jilid dua, masalah kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat Papua perlu mendapatkan perhatian lebih dari bapak-bapak dorang pengelola anggaran. Masih banyak masyarakat di pedalaman sana yang kalau sakit tapi tidak bisa membeli obat karena tidak ada uang. Yang tidak bisa sekolah juga banyak,’’ kata Yunus. (Red)
Pohukam
Gus Toto, Dukung Program “Manggarai Bersholawat” sebagai Wahana Tabayun dan Muasabah Pelaku Tawuran

JURNALJAKARTA.COM – Wacana Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung membuat program “Manggarai Berselawat” untuk mencegah tawuran terus terjadi di kawasan Manggarai Jakarta Selatan, menuai banyak tanggapan dari public.
Ide tersebut oleh public banyak dibandingkan dengan penanganan yang diambil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Melalui keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (17/5), Muhammad Thohar, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Kemajuan Jakarta (LAJU Jakarta) menyatakan bahwa, Masyarakat hendaknya memberikan kesempatan kepada Gubernur DKI Jakarta untuk menjalankan rencananya dan jika sudah berjalan Masyarakat bisa menilai dan mengevaluasi.
“Saya mendukung Mas Pram untuk menjalankan Program Manggarai Bersholawat sebagai Langkah yang diambil untuk mitigasi persoalan tawuran yang sering terjadi di Manggarai.Kita akan kawal Bersama, dan jika berhasil maka patut dapat apresiasi, namun jika hasilnya tidak optimal maka bisa sama-sama dikritisi dan mencari Solusi lain,” kata Gus Toto, Panggilan akrab Muhammad Thohar.
Menurut Tokoh Muda Nahdatul Ulama itu, untuk menangani fenomena tawuran dapat dilakukan dengan ragam pendekatan. Diantaranya adalah pendekatan yang humanis untuk mengatasi ragam permasalahan di Jakarta. Atau dengan kata lain pendekatan yang digunakan bisa juga bersifat kultural dan keagamaan. Tawuran menurut Gus Toto tak bisa semata-mata diselesaikan dengan cara-cara represif.
“Dalam “Manggarai Bersholawat”, Mas Pram akan mengundang kelompok-kelompok yang bertikai di sana. Duduk bareng, cari tahu apa akar masalahnya. Nggak bisa hanya menyalahkan saja. Selain itu juga melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, majelis taklim, dan stakeholder lainnya. Ini bentuk komunikasi yang baik,” ungkapnya.
Gus Toto menambahkan bahwa, tawuran tidak hanya terjadi wilayah di Jakarta Selatan yang mana Manggarai salah satunya. Wilayah lain yang juga kerap terjadi tawuran antar kelompok terjadi juga di Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, juga Jakarta Utara.
“ini adalah awal, Pemprov siap hadir ditengah Masyarakat mempertemukan pihak-pihak yang sering bertikai dan tawuran. Jika ada konflik dan saling tuduh siapa yang memulai tawuran maka disini Gubernur turun langsung untuk memfasilitai pihak yang berkonflik tabayun, setelah komunikasi terbangun maka akan diajak muasabah, itu yang saya pahami dari tujuan Program Manggarai Bersholawat yang di inisiasi oleh Gubernur DKI Jakarta,” pungkasnya. (Red).
Pohukam
Kepri Jalur Laut Malaysia dan Singapura, Para Pekerja Migran Indonesia Ilegal dan Legal

BATAM, JURNALJAKARTA.COM – Kinerja Polri dalam memberantas tindak pidana perdagangan orang (TPPO) diapresiasi. Ini tidak terlepas dari hadirnya Direktorat Tindak Pidana Pelindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan Pemberantasan Perdagangan Orang (PPO).
Hal tersebut diungkapkan Irwan Setiawan, Pengurus Yayasan Embun Pelangi Kepulauan Riau (Kepri) melalui keterangannya, Jum’at (2 Mei 2025).
“Sekarang Kepolisian sudah bagus punya Direktorat PPA dan PPO itu sangat membantu,” ujar Irwan Setiawan.
Menurutnya, perlu ada sosialisasi yang lebih masif lagi terkait keberadaan direktorat tersebut.
“Cuma harus lebih tersosialisasikan lagi di wilayah-wilayah di Indonesia. Karena direktorat itu sendiri kan adanya di Mabes Polri ya,” tuturnya.
Pihaknya sendiri, mengaku sudah sering bekerja sama dengan petugas Kepolisian dari Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
“Kami bersama pegiat migran lainnya yang tergabung dalam Jaringan SAFE Migran ikut berperan menangani korban salah satunya dengan menyediakan rumah aman, sementara polisi mengurus pelaku terkait perdagangan orang,” ucapnya.
Lebih lanjut, karena berbatasan dengan Singapura dan Malaysia di Kepri sering terjadi persoalan terkait Pekerja Migran. Penanganan permasalahan pekerja Migran ini yang berangkat dengan melalui jalur laut, menurut dia kurang maksimal.
“Sebab, kendati ada gugus tugas yang khusus mengurusi perkara itu, namun kinerjanya kurang optimal,” imbuhnya.
“Tentunya akan banyak sekali persoalan-persoalan dari pekerja migran karena di situ tempat transit dari para pekerja migran ketika mereka mau ke Malaysia atau Singapura,” tuturnya.
“Tetapi persoalannya itu bisa jadi di anggaran atau komitmen para anggota Gugus Tugas itu sendiri,” kata Irwan.
Adapun Yayasan Embun Pelangi Kepri turut tergabung dalam gugus tugas tersebut, yang berperan melakukan rehabilitasi dan pemulangan pekerja migran.
Yayasan Embun Pelangi sendiri berlokasi di Batam, Kepulauan Riau dan berfokus pada isu eksploitasi seksual anak, kekerasan terhadap perempuan dan anak serta pekerja migran yang bermasalah atau berhadapan dengan hukum. Serta Embun Pelangi melayani pengaduan serta memiliki rumah aman. (Red).
Pohukam
Untuk Menjaga NKRI & Menjaga Rakyat, Jangan Mudah Terprovokasi

Ketum PWI dan Laskar Sabilillah, Dr. KH. Muhammad Abbas Billy Yachsi, M.A. (Foto Ist).
JURNALJAKARTA.COM –Tenanglah, jangan mudah terprovokasi. Kita ada untuk memperkuat NKRI, menjaga rakyat, bukan menambah kegaduhan.
Demikian ditegaskan Dr. KH. Muhammad Abbas Billy Yachsi, M.A, Ketua Umum PWI dan Laskar Sabilillah, melalui keterangannya, Senin (28/4).
“Di tengah dinamika yang terjadi, seluruh anggotanya untuk tetap tenang, menjaga kedamaian dan tidak terprovokasi,” imbuhnya.
Dr. Abas menambahkan, pentingnya tetap berada di jalur perjuangan yang lurus memperjuangkan kebenaran sejarah, menjaga kehormatan nasab Rasulullah SAW, serta melindungi para ulama dari segala bentuk penyimpangan yang dilakukan demi kepentingan pribadi.
“Kita punya tanggung jawab untuk menjaga ketertiban, mempererat persatuan, dan mengajarkan masyarakat agar mencintai NKRI, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Dr. Muhammad Abbas, menguatkan semangat para anggotanya.
Tidak hanya berhenti di situ, Komando seruan juga diteruskan oleh Komandan Laskar Sabilillah Pusat, Ali Hifni Al Bantani.
Ia mengimbau seluruh anggota untuk menjaga kondusifitas, menaati hukum yang berlaku dan tetap berpijak sebagai bagian dari bangsa yang berkomitmen pada persatuan.
“Dalam suasana penuh keprihatinan atas banyaknya provokasi, suara dari PWI dan Laskar Sabilillah menjadi pengingat penting bahwa menjaga kedamaian adalah bagian tak terpisahkan dari perjuangan bangsa,” ujarnya. (Red).